Rumput Laut, Si Superfood Abad 21

Rumput Laut, Si Superfood Abad 21

INDONESIA merupakan negara maritim yang luas dengan keberagaman sumber daya alam yang dimilikinya. Rumput laut merupakan tumbuhan berklorofil tanpa akar, batang, dan daun sejati yang tumbuh di perairan dangkal dan melekat pada subtrat tertentu untuk tumbuh, serta merupakan salah satu sumber daya laut yang begitu melimpah. Bahkan, Indonesia merupakan negara penghasil rumput terbesar di dunia berdasarkan data FAO pada tahun 2019 dengan menyumbang sebanyak 80% dari produksi rumput laut global. Kelimpahan mikroalgae yang dimiliki oleh negara ini tidak sebanding dengan pemanfaatan yang masih terbatas. Rumput laut Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dimanfaatkan dalam industri pangan karena kualitasnya yang baik dengan kandungan nutrisi yang tinggi. Konsumsi Rumput Laut Pemanfaatan rumput laut telah ada sejak ribuan tahun lalu oleh bangsa Celtic dan Viking sebagai bekal perjalanan. Di Asia, rumput laut telah dimanfaatkan sejak lama sebagai sumber pangan oleh masyarakat pesisir. Sedangkan di Indonesia, rumput laut mulai dikenal pada tahun 1899 dan baru mulai dikembangkan pada tahun 1967. Rumput laut termasuk sebagai salah satu superfood karena kandungan vitamin dan mineralnya yang tinggi yang berdampak baik pada keseimbangan hormon tubuh. Superfood merupakan kategori makanan yang memiliki efek yang baik pada kesehatan, mengandung vitamin dan antioksidan, serta bernutrisi tinggi. Penambahan rumput laut ke dalam pola makan sangat direkomendasikan untuk mendapatkan gizi seimbang. Namun, pada kenyataannya belum banyak orang yang mengonsumsi rumput laut, terutama di Indonesia jika dibandingkan dengan Jepang, Korea, dan Cina. Olahan rumput laut yang terbatas menjadi salah satu faktor kurangnya tingkat konsumsi rumput laut. Produk olahan rumput laut yang paling dikenal adalah nori yang merupakan olahan rumput laut merah jenis Porphyra sp. kering dan tipis. Kemudian, ada juga kombu yang merupakan produk dari beberapa jenis rumput laut coklat. Produk kombu ini umumnya digunakan dalam masakan sup sebagai penambah cita rasa. Rumput laut juga dapat disantap sebagai cemilan karena rasanya yang enak dan kandungan kalorinya yang rendah. Masih banyak lagi olahan rumput laut, seperti digunakan dalam salad, agar, sirup, es krim, yogurt, jus, dan lainnya. Nutrisi Rumput Laut Rumput laut memiliki kandungan nutrisi yang teridiri dari polisakarida sebagai komponen utama penyusunnya dengan kadar sebesar 4-76% bergantung dari spesies rumput laut. Vitamin dan mineral, yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B9, dan vitamin E. Potensi rumput laut sebagai sumber mineral alternatif sangatlah besar jika dilihat dari tingginya kandungan vitamin dan mineral sehingga dapat mengganti peran sumber nabati dan hewani. Selain itu, rumput laut juga kaya akan yodium, zat besi, kalium, magnesium, kalsium, selenium, dan fosfor. Kandungan protein pada tumbuhan laut bervarisi bergantung pada jenis spesiesnya, tetapi kadarnya signifikan hingga mencpai 48% dan cukup tinggi dibandingkan dengan sayuran darat, serta setara dengan kadar protein tanaman polong-polongan. Sebaliknya, lemak yang terkandung dalam rumput laut cukup rendah, yaitu sekitar 1-5%, tetapi termasuk ke dalam jenis asam lemak tak jenuh atau jenis lemak yang baik untuk tubuh. Terakhir, rumput laut mengandung senyawa bioaktif dan pigmen yang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan maupun sebagai zat pewarna, meliputi karotenoid, MAA dan taurin, katekin, phlorotannins, serta tokoferol yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Senyawa fukuidan juga terdapat pada rumput laut dan memiliki fungsi untuk meningkatkan imunitas, melawan virus dan bakteri, menghambat penggumpalan darah, memperkecil risiko stroke dan serangan jantung, serta menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah tinggi. Pigmen yang terdapat pada rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan bermanfaat sebagai antioksidan, antikanker, dan antitumor. Kesimpulan Dengan kandungan nutrisi yang dimiliki oleh rumput laut dan produksinya yang tinggi, pemanfaatan rumput laut menjadi sumber pangan alternatif sebagai dukungan diversifikasi pangan perlu ditingkatkan. Perkembangan zaman dan teknologi yang ada seharusnya mampu memudahkan pengembangan produk pangan olahan rumput laut sehingga tidak hanya menambah ragam pangan yang ada di Indonesia, tetapi juga mengoptimalkan potensi dan nilai tambah rumput laut Indonesia yang berdampak pada ekonomi masyarakat pesisir dan petani rumput laut. (*) *Penulis : Dinda Lupitasari, Mahasiswi S-1 Prodi Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: